"+"
STUDI ISLAM
DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS
A.
Pendahuluan
Islam adalah agama wahyu yang diturunkan Tuhan
(Allah) kepada manusia lewat Nabi Muhammad SAW. Sebagai pokok ajarannya adalah
Al Quran dan As Sunah. Terdapat tiga fungsi utama dari kitab suci Al Quran,
yaitu sebagai hudan atau petunjuk
bagi manusia; sebagai bayyinah atau
penjelasan mengenai petunjuk itu; dan sebagai furqon atau pembeda antara yang haq dan batil. (--, Mu’jizat al
Quran dan As Sunnah tentang Iptek, 1997).
Oleh karena itu ---bagi para pemeluknya---
agama Islam membantu memberikan petunjuk, orientasi dan motivasi dalam
berpikir, bersikap dan berperilaku sehari-hari. Sudah barang tentu derajat
pengaruh pokok-pokok ajaran agama terhadap tiap individu berbeda-beda,
tergantung pada kemampuan tiap individu memahami dan menghayati ajaran
itu.
Secara sosiologis, Agama Islam merupakan kategori
sosial dan tindak empiris pada tingkat profan (dunia). Hal ini ditandai
oleh tiga corak pengungkapan universal yakni:1) Pengungkapan teoritis yang
berwujud kepercayaan, 2) Pengungkapan praktis sebagai bentuk persembahan dan 3)
pengungkapan sosiologis sebagai bentuk dari pengejawantahan (realisasi) dari
kedua hal diatas yakni tingkah laku sosial (Mastuhu et. All. 2000: 1).
Dengan demikian agama Islam memiliki daya konstruktif,
regulatif dan formatif yang mampu mewarnai tatanan kehidupan manusia baik
secara individual maupun komunal. Inilah sebabnya maka sejarah pernah mencatat
sebuah peradaban yang sangat maju di abad pertengahan, diantara berbagai
peradaban yang ada pada waktu itu, yang terbangun dari sebuah komunitas yang
memiliki pandangan hidup bernafaskan nilai Islam. Peradaban ini adalah
peradaban dikenal dengan Peradaban Islam.
Keunggulan peradaban Islam terbangun dari
pilar-pilar Ilmu dan teknologi yang maju dengan pesat. Hal ini tak hanya diakui
oleh umat kalangan umat Islam saja, tetapi juga oleh tokoh-tokoh umat non Islam.
Sebab secara substansial, agama
Islam memang mengandung nilai-nilai universal. Di tingkat implementatif,
nilai-nilai itu memberikan landasan bagi penciptaan sistem tertentu, yang
berfungsi memecahkan berbagai masalah kehidupan manusia.
Dengan demikian terbukti bahwa,
Islam sebagai ajaran agama telah memberikan kontribusi terhadap kehidupan dan
peradaban manusia. Oleh karena itu menarik untuk mengungkap dan menjelaskan
proses-proses psikologis, baik secara individual maupun kelompok sehingga
nilai-nilai Islam itu terinstitusionalisasi dalam konteks keberagamaan.
Pengalaman agama sesungguhnya didominasi oleh unsur perasaan dalam kesadaran
beragama, yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh
tindakan (amaliah) (Zakiyah Darajat, 1996: 4). Proses ini bisa dijelaskan
melalui pendekatan psikologi.
B. Eksistensi Manusia dalam Terminologi Al Qur’an
Pada dasarnya tingkah laku manusia
merupakan proses representatif aktualisasi potensi batin dalam merespon
stimulus yang ada. Pandangan ini yang ada dalam Al qur’an dikenal dengan fitrah.
Suatu istilah yang diambil dari al qur’an S. Ar Rum: 30, artinya “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu...”.
Dalam ayat tersebut, dinyatakan
bahwa fitrah manusia berasal dari fitrah Allah. Bila dikaji lebih
dalam fitrah manusia senantiasa menampilkan dua sisi sekaligus, yaitu
sisi asalnya dan sisi keberadaannya. Fitrah dari sisi asalnya
menampilkan sisi spiritual- transendental, sementara dari sisi keberadaannya
menampilkan sisi empirik-historis manusia.
Berdasarkan pada konsep fitrah tersebut
dapat ditelaah bahwa fitrah merupakan suatu model atas eksistensi
manusia. Sebagai contoh di dalam al qur’an disebutkan;
ان الله لا يغير ما بقوم حتئ يقيروا
ما با نفسهم
Dari ayat
diatas dapat dipahami bahwa secara fundamental eksistensi manusia, yaitu pola qawm-nafs
atau kolektif-individual atau masyarakat-perorangan. Individu (nafs) merupakan
sumber perubahan. Perubahan ini mencakup perubahan keadaan kualitatif dari suatu
jenjang ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya dari jenjang mekanistik
fisik-biologis ke jenjang kesadaran humanistik, lalu ketingkat
spiritual-transendentaldalam nafs. Atau tingkat sosialita ketingkat
idealita terus ketingkat keluhuran (transenden) dalam pola qawm.
Peningkatan ini dimungkinkan karena Allah telah menetapkan bahwa;
لقد خلقنا
الا نفسا ن فئ احسن تقويم
Artinya: “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dengan potensi taqwim yang sebaik-baiknya”.
Maksud dari hal tersebut, bahwa
manusia memiliki potensi untuk mencapai tingkat spiritualitas. Tetapi manusia
juga bisa turun ketingkat yang serendah-rendahnya. Dimana manusia hanya
termotivasi pada tingkat mekanistik fisik-biologis (materialistik). Syarat
untuk mencegah kemerosotan eksistensial itu adalah meningkatkan kesadaran
humanistik, berupa pikiran, perasaandan kemauan. Kesadaran
spiritual-transendental, berupa iman dan amalsalih.
C. Pengertian Pendekatan Psikologi
Dalam metodologi, pendekatan adalah
sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi
perhatian atau pusat masalah atau masalah yang dikaji. Sedangkan, Psikologi
merupakan ilmu yang mempelajari kepribadian, baik individu maupun kolektif (M.
Deden Ridwan, 2001: 180).
Namun sesungguhnya pendekatan
bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu
permasalahan yang menjadi perhatian, tetapi juga mencakup tentang pengertian
dari metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.
Secara epistemologi, pengertian
“psikologi” berasal dari 2 kata yakni psyche berarti jiwa, dan logos yang
kemudian menjadi logi berarti ilmu. Maka kata psikologi (psychology) berarti ilmu pengetahuan
tentang jiwa (M. Arifin, 2000: 12). Wilhelm Wundt memberikan komentar
pengertian psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari/
menyelidiki pengalaman yang timbul dalam diri manusia dan yang ditimbulkan dari
perasan panca indra, berfikir dan berkehendak seseorang.
Demikian juga Jhon Broadus Watson
memberikan komentar bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku lahiriyah manusia dengan menggunakan metode-metode observasi
(pengamatan) secara obyektif terhadap rangsangan (stimulus) dan jawaban (response)
yang menimbulkan tingkah laku seseorang (M. Arifin, 2000: 13). Untuk itu
dipahami bahwa obyek pembahasan psikologi tertuju pada mental atau jiwa manusia
secara luas.
Pandangan lain tentang pendekatan
psikologi menurut Asep Saiful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei adalah suatu
disiplin yang mempelajari aspek psikologis dari prilaku seseorang (manusia),
baik sebagai individu maupun secara berkelompok (2003: 121). Dan hal senada
juga disampaikan oleh Fuad Anshori bahwa pendekatan psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari prilaku manusia serta dirumuskan atas dasar
empirik yang ada (2002: 52).
Pendekatan psikologi dalam studi
agama Islam berarti mempelajari aspek-aspek kejiwaan yang mempengaruhi cara
berpikir, bersikap dan berperilaku individu dan atau komunitas muslim dalam
konteks keberagamaannya.
Terdapat empat asumsi penting
perilaku individu dan kelompok, yaitu 1) perilaku timbul karena sesuatu sebab;
2) perilaku diarahkan kepada tujuan; 3) perilaku yang terarah kepada tujuan dapat
diganggu oleh frustrasi, konflik dan kegelisahan; 4) perilaku timbul karena
motivasi (Gibson dkk, 1986 : 53).
Dalam kaitan dengan ini, teori
Rosenberg mengatakan bahwa afek, kognisi dan perilaku menentukan sikap dan
selanjutnya sikap menentukan afek, kognisi dan perilaku (Gibson dkk, 1986 :
58). Afek adalah komponen “emosional” atau “perasaan” dari sikap, kognisi
terdiri dari persepsi, pendapat dan kepercayaan, dan perilaku adalah komponen
tindakan dari sikap yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang atau
sekelompok orang untuk bertindak menghadapi sesuatu dengan cara tertentu.
Dari pendekatan psikologi ini,
sekurang-kurangnya dapat diperoleh gambaran bahwa Islam merupakan sebuah
kebutuhan bagi manusia dalam kehidupannya, yang membantu memberikan tujuan
hidup yang terarah dan bermakna dalam mencapai derajat insan kamil. Dengan kata lain, setidaknya studi Islam dari
pendekatan psikologi ini memberikan fungsi dalam tiga hal yakni: 1) fungsi
pemahaman (understanding), 2) fungsi
pengendalian (control), 3) fungsi
peramalan (prediction) (Hanna
Djumhana Bastaman, 1997: 5).
D. Contoh Aplikasi dari Pendekatan Psikologi
Aplikasi pendekatan psikologi
dalam studi agama, bisa diartikan sebagai (1) upaya memahami latar belakang
(atau proses) perilaku keberagamaan (Islam) seorang individu atau kelompok,
dalam konteks (2) pengayaan studi agama.
Islam tak lain adalah penghambaan
seseorang semata-mata kepada Allah (Abul a’la Maududi, 1984: 58). Oleh karena
itu tujuan hidup manusia adalah mengharapkan ridho Allah (lihat QS. 2: 27, 4:
114). Tujuan ini bersifat konsisten baik dalam keadaan kaya atau miskin,
berhasil atau gagal, dan bahagia atau susah. Islam mengajarkan bahwa kemakmuran
materi dan kesenangan duniawi adalah sekadar alat untuk mengabdi kepada Allah.
Namun dalam proses merealisasi
tujuan hidup itu, manusia diganggu atau bahkan dihalangi oleh iming-iming
duniawi seperti misalnya hedonisme, pragmatisme, materialisme dan sekularisme.
Terjadi tarik-menarik kepentingan, antara kepentingan duniawi dan kepentingan
ukhrowi dalam diri setiap individu dan kelompok muslim. Dinamika internal
psikologis ini terjadi seumur hidup, menuju keseimbangan antara dua kepentingan
yang relatif berbeda itu.
Dalam proses ini orang bisa merasa
puas, tidak puas, senang, sedih, gelisah, frustrasi, konflik dan bahkan marah
dan agresif. Silih berganti atau kadang berbarengan antara dua
“perasaan” berbeda bahkan berlawanan. Dalam konteks ini, kedewasaan (maturity)
atau kematangan jiwa individu atau kelompok-kelompok muslim, menentukan
seberapa besar kadar keterombang-ambingan atau ketenangan individu atau
kelompok yang bersangkutan dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan kata lain
apakah ia tetap bertahan secara relatif sebagai Islam atau terjebak secara
relatif dalam kekufuran.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa dibutuhkan
kematangan jiwa dalam rangka merealisasi tujuan dan berproses menuju kehidupan
berkeseimbangan Kematangan jiwa ini, sangat dipengaruhi oleh variable pemahaman (aspek kognitif),
penghayatan (aspek afektif) dan pengamalan (aspek perilaku) nilai-nilai
keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Variabel (-variabel) inilah yang
mengontrol kemusliman seseorang atau
sekelompok orang, apakah termasuk dalam kategori Islam KTP atau Islam yang
sebenar-benarnya, Islam setengah-setengah atau Islam sepenuhnya (Abul A’la
Maududi : 78-81).
E. Kesimpulan
Dari
uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
- Agama Islam merupakan agama
wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada manusia guna membantu memberikan
arah dan tujuan hidup mencapai derajat insan kamil, yaitu penghambaan
semata-mata kepada Allah SWT untuk memperoleh ridlo-Nya.
- Islam dengan nilai-nilai khas
dan universalnya, memiliki daya konstruktif, regulatif dan formatif yang
kuat, sehingga berpengaruh terhadap sistem kehidupan baik secara
individual maupun komunal, dan yang
perwujudan puncaknya pernah ditampakkan oleh eksistensi kejayaan
peradaban Islam pada abad pertengahan.
- Pendekatan Psikologi dalam Studi
Islam adalah suatu sudut atau cara pandang terhadap obyek studi (Islam),
yaitu dengan mempelajari aspek-aspek kejiwaan yang mempengaruhi cara
berpikir, bersikap dan berperilaku individu dan atau komunitas muslim
dalam konteks keberagamaannya.
- Kematangan jiwa individu dan
umat Islam dalam rangka merealisasi dan memproses pencapaian tujuan dan
keseimbangan hidup, dipengaruhi oleh variabel pemahaman (kognitif),
penghayatan (afektif) dan pengamalan (psiko motorik/perilaku) terhadap
nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
- Pendekatan psikologi dalam studi
Islam berfungsi untuk membantu pemahaman, pengendalian dan peramalan
terhadap perilaku keberagamaan individu dan atau komunitas muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Abul A’la Maududi, Dasar-dasar
Islam,Pustaka: Bandung, 1984.
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, Algensindo:
Bandung, 1995.
Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau
Historisitas?, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1996.
Amin Abdullah, Mencari
Islam; Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, Tiara Wacana: Yogyakarta,
2000.
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, CV Pustaka
Setia, Bandung, 2003.
Atho Mudzhar, Pendekatan
Studi Islam: Dalam Teori dan Praktek, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2001.
Fatah Santoso, Psikologi Islami; Agenda Menuju Aksi, SI
Press: Yogyakarta, 1997.
____________, Membangun Paradigma Psikologi Islami, Pustaka:
Bandung, 1996.
Fuad Anshori, Agenda
Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Gibson dkk., Organisasi
dan Manajemen, Perilaku, Struktur dan Proses, Erlangga, Jakarta, 1986.
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1997.
Malik Badri, Tafakur, Perspektif Psikologi Islam, Terj.
Usman Shihab Husnan, Remaja Rosda karya: Bandung, 1996.
Mastuhu, Et all, Manajemen
Penelitian Agama; Perspektif Teoritis dan Praktis, Badan Penelitian dan
Pengembangan Agama Departemen Agama RI, Jakarta, 2000.
M. Deden Ridwan, Tradisi
Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan Antar Disiplin Ilmu, Nuansa, Bandung,
2001.
M. Arifin, Psikologi
Dakwah; Suatu Pengantar Studi, Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
Sarlinto Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Bulan
Bintang: Jakarta, 1982.
Tim, Mu’jizat Al
Quran dan As Sunnah tentang Iptek, Gema Insani Press, Jakarta,1997.
Toshohiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia; Pendekatan
Semantik terhadap Al Qur’an, Terj. Agus Tafri Husen, Supriyanto dan
Amiruddin, Tiara Wacana: Yogyakarta, 1997.
Zakiah Darajat, Ilmu
Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar