Rabu, 18 Desember 2013

Studi Islam; Psikologis

"+"


STUDI ISLAM
DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS




A. Pendahuluan

Islam adalah agama wahyu yang diturunkan Tuhan (Allah) kepada manusia lewat Nabi Muhammad SAW. Sebagai pokok ajarannya adalah Al Quran dan As Sunah. Terdapat tiga fungsi utama dari kitab suci Al Quran, yaitu sebagai hudan atau petunjuk bagi manusia; sebagai bayyinah atau penjelasan mengenai petunjuk itu; dan sebagai furqon atau pembeda antara yang haq dan batil. (--, Mu’jizat al Quran dan As Sunnah tentang Iptek, 1997).
Oleh karena itu ---bagi para pemeluknya--- agama Islam membantu memberikan petunjuk, orientasi dan motivasi dalam berpikir, bersikap dan berperilaku sehari-hari. Sudah barang tentu derajat pengaruh pokok-pokok ajaran agama terhadap tiap individu berbeda-beda, tergantung pada kemampuan tiap individu memahami dan menghayati ajaran itu. 
Secara sosiologis, Agama Islam merupakan kategori sosial dan tindak empiris pada tingkat profan (dunia). Hal ini ditandai oleh tiga corak pengungkapan universal yakni:1) Pengungkapan teoritis yang berwujud kepercayaan, 2) Pengungkapan praktis sebagai bentuk persembahan dan 3) pengungkapan sosiologis sebagai bentuk dari pengejawantahan (realisasi) dari kedua hal diatas yakni tingkah laku sosial (Mastuhu et. All. 2000: 1).
Dengan demikian agama Islam memiliki daya konstruktif, regulatif dan formatif yang mampu mewarnai tatanan kehidupan manusia baik secara individual maupun komunal. Inilah sebabnya maka sejarah pernah mencatat sebuah peradaban yang sangat maju di abad pertengahan, diantara berbagai peradaban yang ada pada waktu itu, yang terbangun dari sebuah komunitas yang memiliki pandangan hidup bernafaskan nilai Islam. Peradaban ini adalah peradaban dikenal dengan Peradaban Islam.
Keunggulan peradaban Islam terbangun dari pilar-pilar Ilmu dan teknologi yang maju dengan pesat. Hal ini tak hanya diakui oleh umat kalangan umat Islam saja, tetapi juga oleh tokoh-tokoh umat non Islam.
Sebab secara substansial, agama Islam memang mengandung nilai-nilai universal. Di tingkat implementatif, nilai-nilai itu memberikan landasan bagi penciptaan sistem tertentu, yang berfungsi memecahkan berbagai masalah kehidupan manusia.
Dengan demikian terbukti bahwa, Islam sebagai ajaran agama telah memberikan kontribusi terhadap kehidupan dan peradaban manusia. Oleh karena itu menarik untuk mengungkap dan menjelaskan proses-proses psikologis, baik secara individual maupun kelompok sehingga nilai-nilai Islam itu terinstitusionalisasi dalam konteks keberagamaan. Pengalaman agama sesungguhnya didominasi oleh unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah) (Zakiyah Darajat, 1996: 4). Proses ini bisa dijelaskan melalui pendekatan psikologi.

B. Eksistensi Manusia dalam Terminologi Al Qur’an
Pada dasarnya tingkah laku manusia merupakan proses representatif aktualisasi potensi batin dalam merespon stimulus yang ada. Pandangan ini yang ada dalam Al qur’an dikenal dengan fitrah. Suatu istilah yang diambil dari al qur’an S. Ar Rum: 30, artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu...”.
Dalam ayat tersebut, dinyatakan bahwa fitrah manusia berasal dari fitrah Allah. Bila dikaji lebih dalam fitrah manusia senantiasa menampilkan dua sisi sekaligus, yaitu sisi asalnya dan sisi keberadaannya. Fitrah dari sisi asalnya menampilkan sisi spiritual- transendental, sementara dari sisi keberadaannya menampilkan sisi empirik-historis manusia.
Berdasarkan pada konsep fitrah tersebut dapat ditelaah bahwa fitrah merupakan suatu model atas eksistensi manusia. Sebagai contoh di dalam al qur’an disebutkan;
ان الله لا يغير ما بقوم حتئ يقيروا ما با نفسهم
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa secara fundamental eksistensi manusia, yaitu pola qawm-nafs atau kolektif-individual atau masyarakat-perorangan. Individu (nafs) merupakan sumber perubahan. Perubahan ini mencakup perubahan keadaan kualitatif dari suatu jenjang ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya dari jenjang mekanistik fisik-biologis ke jenjang kesadaran humanistik, lalu ketingkat spiritual-transendentaldalam nafs. Atau tingkat sosialita ketingkat idealita terus ketingkat keluhuran (transenden) dalam pola qawm. Peningkatan ini dimungkinkan karena Allah telah menetapkan bahwa;
لقد خلقنا الا نفسا ن فئ احسن تقويم
Artinya: “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan potensi taqwim yang sebaik-baiknya”.
Maksud dari hal tersebut, bahwa manusia memiliki potensi untuk mencapai tingkat spiritualitas. Tetapi manusia juga bisa turun ketingkat yang serendah-rendahnya. Dimana manusia hanya termotivasi pada tingkat mekanistik fisik-biologis (materialistik). Syarat untuk mencegah kemerosotan eksistensial itu adalah meningkatkan kesadaran humanistik, berupa pikiran, perasaandan kemauan. Kesadaran spiritual-transendental, berupa iman dan amalsalih.

C. Pengertian Pendekatan Psikologi

Dalam metodologi, pendekatan adalah sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau pusat masalah atau masalah yang dikaji. Sedangkan, Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari kepribadian, baik individu maupun kolektif (M. Deden Ridwan, 2001: 180).
Namun sesungguhnya pendekatan bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian, tetapi juga mencakup tentang pengertian dari metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.
Secara epistemologi, pengertian “psikologi” berasal dari 2 kata yakni  psyche berarti jiwa, dan logos yang kemudian menjadi logi berarti ilmu. Maka kata psikologi (psychology) berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa (M. Arifin, 2000: 12). Wilhelm Wundt memberikan komentar pengertian psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari/ menyelidiki pengalaman yang timbul dalam diri manusia dan yang ditimbulkan dari perasan panca indra, berfikir dan berkehendak seseorang.
Demikian juga Jhon Broadus Watson memberikan komentar bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriyah manusia dengan menggunakan metode-metode observasi (pengamatan) secara obyektif terhadap rangsangan (stimulus) dan jawaban (response) yang menimbulkan tingkah laku seseorang (M. Arifin, 2000: 13). Untuk itu dipahami bahwa obyek pembahasan psikologi tertuju pada mental atau jiwa manusia secara luas.
Pandangan lain tentang pendekatan psikologi menurut Asep Saiful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei adalah suatu disiplin yang mempelajari aspek psikologis dari prilaku seseorang (manusia), baik sebagai individu maupun secara berkelompok (2003: 121). Dan hal senada juga disampaikan oleh Fuad Anshori bahwa pendekatan psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prilaku manusia serta dirumuskan atas dasar empirik yang ada (2002: 52).
Pendekatan psikologi dalam studi agama Islam berarti mempelajari aspek-aspek kejiwaan yang mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan berperilaku individu dan atau komunitas muslim dalam konteks keberagamaannya.
Terdapat empat asumsi penting perilaku individu dan kelompok, yaitu 1) perilaku timbul karena sesuatu sebab; 2) perilaku diarahkan kepada tujuan; 3) perilaku yang terarah kepada tujuan dapat diganggu oleh frustrasi, konflik dan kegelisahan; 4) perilaku timbul karena motivasi (Gibson dkk, 1986 : 53).
Dalam kaitan dengan ini, teori Rosenberg mengatakan bahwa afek, kognisi dan perilaku menentukan sikap dan selanjutnya sikap menentukan afek, kognisi dan perilaku (Gibson dkk, 1986 : 58). Afek adalah komponen “emosional” atau “perasaan” dari sikap, kognisi terdiri dari persepsi, pendapat dan kepercayaan, dan perilaku adalah komponen tindakan dari sikap yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak menghadapi sesuatu dengan cara tertentu.
Dari pendekatan psikologi ini, sekurang-kurangnya dapat diperoleh gambaran bahwa Islam merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia dalam kehidupannya, yang membantu memberikan tujuan hidup yang terarah dan bermakna dalam mencapai derajat insan kamil. Dengan kata lain, setidaknya studi Islam dari pendekatan psikologi ini memberikan fungsi dalam tiga hal yakni: 1) fungsi pemahaman (understanding), 2) fungsi pengendalian (control), 3) fungsi peramalan (prediction) (Hanna Djumhana Bastaman, 1997: 5).

D. Contoh Aplikasi dari Pendekatan Psikologi

Aplikasi pendekatan psikologi dalam studi agama, bisa diartikan sebagai (1) upaya memahami latar belakang (atau proses) perilaku keberagamaan (Islam) seorang individu atau kelompok, dalam konteks (2) pengayaan studi agama.
Islam tak lain adalah penghambaan seseorang semata-mata kepada Allah (Abul a’la Maududi, 1984: 58). Oleh karena itu tujuan hidup manusia adalah mengharapkan ridho Allah (lihat QS. 2: 27, 4: 114). Tujuan ini bersifat konsisten baik dalam keadaan kaya atau miskin, berhasil atau gagal, dan bahagia atau susah. Islam mengajarkan bahwa kemakmuran materi dan kesenangan duniawi adalah sekadar alat untuk mengabdi kepada Allah.
Namun dalam proses merealisasi tujuan hidup itu, manusia diganggu atau bahkan dihalangi oleh iming-iming duniawi seperti misalnya hedonisme, pragmatisme, materialisme dan sekularisme. Terjadi tarik-menarik kepentingan, antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrowi dalam diri setiap individu dan kelompok muslim. Dinamika internal psikologis ini terjadi seumur hidup, menuju keseimbangan antara dua kepentingan yang relatif berbeda itu.
Dalam proses ini orang bisa merasa puas, tidak puas, senang, sedih, gelisah, frustrasi, konflik dan bahkan marah dan agresif. Silih berganti atau kadang berbarengan antara dua “perasaan” berbeda bahkan berlawanan. Dalam konteks ini, kedewasaan (maturity) atau kematangan jiwa individu atau kelompok-kelompok muslim, menentukan seberapa besar kadar keterombang-ambingan atau ketenangan individu atau kelompok yang bersangkutan dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan kata lain apakah ia tetap bertahan secara relatif sebagai Islam atau terjebak secara relatif dalam kekufuran.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa dibutuhkan kematangan jiwa dalam rangka merealisasi tujuan dan berproses menuju kehidupan berkeseimbangan Kematangan jiwa ini, sangat dipengaruhi oleh  variable pemahaman (aspek kognitif), penghayatan (aspek afektif) dan pengamalan (aspek perilaku) nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Variabel (-variabel) inilah yang mengontrol  kemusliman seseorang atau sekelompok orang, apakah termasuk dalam kategori Islam KTP atau Islam yang sebenar-benarnya, Islam setengah-setengah atau Islam sepenuhnya (Abul A’la Maududi : 78-81).

E. Kesimpulan

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
  1. Agama Islam merupakan agama wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada manusia guna membantu memberikan arah dan tujuan hidup mencapai derajat insan kamil, yaitu penghambaan semata-mata kepada Allah SWT untuk memperoleh ridlo-Nya.
  2. Islam dengan nilai-nilai khas dan universalnya, memiliki daya konstruktif, regulatif dan formatif yang kuat, sehingga berpengaruh terhadap sistem kehidupan baik secara individual maupun komunal, dan yang  perwujudan puncaknya pernah ditampakkan oleh eksistensi kejayaan peradaban Islam pada abad pertengahan. 
  3. Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam adalah suatu sudut atau cara pandang terhadap obyek studi (Islam), yaitu dengan mempelajari aspek-aspek kejiwaan yang mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan berperilaku individu dan atau komunitas muslim dalam konteks keberagamaannya.
  4. Kematangan jiwa individu dan umat Islam dalam rangka merealisasi dan memproses pencapaian tujuan dan keseimbangan hidup, dipengaruhi oleh variabel pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif) dan pengamalan (psiko motorik/perilaku) terhadap nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Pendekatan psikologi dalam studi Islam berfungsi untuk membantu pemahaman, pengendalian dan peramalan terhadap perilaku keberagamaan individu dan atau komunitas muslim.




DAFTAR PUSTAKA


Abul A’la Maududi, Dasar-dasar Islam,Pustaka: Bandung, 1984.

Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, Algensindo: Bandung, 1995.

Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historisitas?, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1996.

Amin Abdullah, Mencari Islam; Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, Tiara Wacana: Yogyakarta, 2000.

Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2003.

Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam: Dalam Teori dan Praktek, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2001.

Fatah Santoso, Psikologi Islami; Agenda Menuju Aksi, SI Press: Yogyakarta, 1997.

____________, Membangun Paradigma Psikologi Islami, Pustaka: Bandung, 1996.

Fuad Anshori, Agenda Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.

Gibson dkk., Organisasi dan Manajemen, Perilaku, Struktur dan Proses, Erlangga, Jakarta, 1986.

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997.

Malik Badri, Tafakur, Perspektif Psikologi Islam, Terj. Usman Shihab Husnan, Remaja Rosda karya: Bandung, 1996.

Mastuhu, Et all, Manajemen Penelitian Agama; Perspektif Teoritis dan Praktis, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI, Jakarta, 2000.

M. Deden Ridwan, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan Antar Disiplin Ilmu, Nuansa, Bandung, 2001.

M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi, Bumi Aksara, Jakarta, 2000.

Sarlinto Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Bulan Bintang: Jakarta, 1982.

Tim, Mu’jizat Al Quran dan As Sunnah tentang Iptek, Gema Insani Press, Jakarta,1997.

Toshohiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia; Pendekatan Semantik terhadap Al Qur’an, Terj. Agus Tafri Husen, Supriyanto dan Amiruddin, Tiara Wacana: Yogyakarta, 1997. 

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1996.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar